Rabu, 10 Januari 2018

Makalah Tafsir Maudhu'i Akidah Surat Al-Baqarah Ayat 53-58

I
PENDAHULUAN
Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Agaknya tidak berlebihan jika dikemukakan bahwa diantara cabang ilmu yang sangat penting dari rumpun-rumpun ilmu Alquran adalah ilmu Tafsir. Hal ini bukan karena semata-mata lebih tua dariu cabang-cabang ilmu-ilmu Alquran lainnya, akan tetapi lebih kepada peranannya yang sangat penting dalam menggali dan memahami ayat-ayat Alquran. Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang, sejak turunnya Alquran kepada nabi Muhammad Saw., ilmu Tafsir terus berkembang dan terdapat banyak kitab-kitab tafsir dengan corak yang beraneka ragam. Para ulama tafsir belakangan memilah-milih kitab teresbut berdasarkan metode penafsirannya, baik ijmali, tahlili, maudhu’i dan muqaran.                                                             
Yang paling populer dari antara corak atau metode penafsiran tersebut adalah metode tahlili dan maudhu’i. Untuk kali ini, makalah ini akan membahas beberapa kajian yang terkait dengan tafsir maudhui tersebut khususnya dalam hal akidah.


II
PEMBAHASAN
A.   Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 153 Surat Al-Baqarah
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن

 Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah adalah beserta  orang-orang yang sabar.

Tema Akidah

اسْتَعِيْنُوْا : Termasuk Al-Amru At-Tholaby

الصَّلاَة    : Termasuk Arkan Al-Iman

الصَّابِرِيْن : Termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam

1.  Ayat di atas termasuk Al-Amru At-Tholaby menjelaskan untuk meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat.

2.  Ayat di atas termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam menjelaskan Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar.

Tafsir
Di dalam tafsir Al-Misbah Kata (لصَّبْر ا) yang dimaksud mencakup banyak hal; sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang mengakkan kebenaran dan keadilan.
Penutup ayat yang menyatakan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin teratasi penyebab kesedihan atau kesulitannya, jika ia ingin berhasil memperjuangkan kebenaran dan keadilan, ia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya. la harus bersama Allah dalam kesulitan dan dalam perjuangannya. Ketika itu, Allah Yang Maha Mengetahui, Mahaperkasa, lagi Mahakuasa pasti membantunva karena Dia pun telah bersama hamba-Nya. Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan diperbesar oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri.

B.   Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 154 Surat Al-Baqarah

 وَلاَ تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبيْلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَ لَكِنْ لاَّ تَشْعُرُوْن
Dan janganlah kamu katakan ter­hadap orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi kamu tidak merasa.

Tema Akidah

وَلاَ تَقُوْلُوْا    : Termasuk Al-Amru At-Tholaby

فِيْ سَبيْلِ اللهِ : Termasuk Arkan Al-Iman

1.     Ayat di atas termasuk Al-Amru At-Tholaby menjelaskan untuk tidak mengira bahwa mereka yang gugur di medan perang itu mati, tetapi mereka mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja manusia tidak menyadarinya.
2.     Ayat di atas termasuk Arkanul Iman menjelaskan mereka yang gugur di medan perang adalah syuhada di jalan Allah.

Tafsir
          Jangan mengatakan mereka mati; tapi katakanlah bahwa mereka syahid karena sebenarnya mereka hidup bahagia menyaksikan kamu dari alam barzakh serta hidup menyaksikan ganjaran Allah yang akan mereka dapatkan setelah kebangkitan mereka dari kubur.

          Anda jangan menduga bahwa hidup yang dimaksud itu adalah nama baik yang disandangnya setelah kematian seperti pendapat sementara orang yang menduga diri mereka rasional. Bukan itu, karena jika demikian sungguh tidak hidup pahlawan yang tak dikenal. Tidak! Yang gugur di jalan Allah itu benar-benar hidup di alam lain yang berbeda dengan alam kita yang masih sedang menarik dan mengembuskan napas.

 Hidup ditandai antara lain oleh gerak dan tahu. jangan duga gerak merela telah dicabut atau pengetahuan mereka telah tiada. Mereka yang gugur di jalan Allah itu tetap bergerak, bahkan lebih leluasa daripada gerak manusia di permukaan bumi ini. Mereka tahu lebih banyak dari apa yang diketahui oleh yang beredar darahnya dan berdenyut jantungnya karena di alam sana mereka telah melihat fenomena, bukan fenomena scperti yang diketahui oleh penduduk dunia. Sungguh mereka hidup, kehidupan yang tidak dapat dijelaskan hakikatnya karena kehidupan yang mereka alami tidak disadari atau dirasakan oleh selain mereka. Tetapi, kamu yang berada di dunia tidak merasakan hidup mereka.

C.   Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 155 Surat Al-Baqarah

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن  
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Tema Akidah

وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن   : Termasuk  Al-Busyra (Jaza At-Tauhid wa At-ta’dzim)

1.     Ayat di atas termasuk Al-Busyra (Jaza At-Tauhid wa At-ta’dzim) menjelaskan orang-orang yang akan mendapat kabar gembira dari Allah ialah orang yang tabah dalam menghadapi cobaan dari Allah berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan bahan makanan kemudian bertambah kuat mental dan imannya.

Tafsir
          Ujian yang diberikan Allah sedikit kadarnya bila dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. la hanya sedikit sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah itu. Ini tidak ubahnya dengan ujian pada lembaga pendidikan. Soal-soal ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan masing-masing. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berat soal ujian. Setiap yang diuji akan lulus jika ia mempersiapkan diri dengan baik serta mengkuti tuntunan yang diajarkan.
 Patut dicamkan bahwa ayat sebelum ini mengajarkan shalat dan sabar. Jika  demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan sebelum datangnya ujian Allah ini. Demikian pula ketika uulan berlangsung. Itu sebabnya Rasul saw sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad melalui sahabat Nabi saw. Hudzaifah Ibn al-Yaman, bahwa “Apabila beliau dihadapkan pada satu kesulitan/ujian, beliau melaksanakan shalat.” Karena itu pula ayat di atas ditutup dengan perintah, “Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Apakah bentuk ujian itu? Sedikit dari rasa takut, yakni keresahan hati menyangkut sesuatu yang buruk atau yang hal-hal yang tidak menyenangkan yang diduga akan teradi. Sedikit  rasa lapar, yakni keinginan meluap untuk makan karena perut kosong, tetapi tidak menemukan makanan yang dibutuhkan, serta kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Informasi Allah tentang “soal ujian” ini adalah nikmat  besar tersendiri  karena dengan mengetahuinya, kita dapat mempersiapkan dir menghadapi aneka ujian itu. Ujian diperlukan untuk kenaikan tingkat, ujian itu sendiri baik, yang buruk adalah kegagalan menghadapinya.

D.   Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 156 Surat Al-Baqarah
الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيبَةٌۗ قَالُوْا إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uan"-* (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Tema Akidah

إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ : Termasuk  Arkan Al-Iman (Al-Ikrar bi lisan)

1.     Ayat di atas termasuk Arkan Al-Iman menjelaskan ciri-ciri orang yang mendapatkan kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila mereka ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.

Tafsir
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. Agar memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapatkan kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila mereka ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
  
E.   Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 157 Surat Al-Baqarah

أُولٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari tuhannya,  dan mereka iulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tema Akidah

الْمُهْتَدُوْنَ : Termasuk  Al-Asma’ wa Al-Ahkam

1.     Kalimat ini termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam menjelaskan bahwa orang-orang yang mendapatkan petunjuk ialah orang-orang yang sabar, juga mereka akan mendapatkan berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah.

Tafsir
          kabar gembira itu ialah berita bahwa orang yang sabar itu mendapatkan berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah, dan mereka orang yang mendapatkan petunjuk kepada jalan yang benar.

F.    Tafsir  Maudhui Akidah Ayat 158 Surat Al-Baqarah

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللّٰهِۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَاۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَإِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama Allah). Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i -* antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri,-* Maha Mengetahui.
 Tema Akidah

فَإِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْم : Termasuk  Arkan Al-Iman

1.     Kalimat ini termasuk  Arkan Al-Iman menjelaskan Allah akan mensyukuri bagi barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan sunah-sunah).

Tafsir  
Pada ayat ini kabar gembira itu ditegaskan kembali dengan menjelaskan bahwa Safa dan Marwah adalah salah satu tempat ibadah dan barang siapa ingin mengerjakan ibadah haji, haruslah ia melakukan sa’i antara Safa dan Marwah. Dengan demikian nyatalah bahwa kaum Muslimin pasti akan berhasil   menaklukkkan  kota Mekah, karena Mekah adalah tempat melakukan ibadah haji yang menjadi rukun kelima dalam islam yang harus dikerjakan oleh setiap Muslim yang mampu menunaikannya. Karena itu, masjidilharam dan sekelilingnya harus dibersihkan dari berhala dan kemusyrikan.
 Meskipun ada perbedaan pendapat antara imam-imam mazhab mengenai hukum sa i ini, ada yang menganggapnya sebagai rukun haji seperti Imam Malik dan Imam syafi’i dan ada pula yang menganggapnya sebaga wajib haji seperti Imam Abu Hanifah, namun jelas bahwa sa’i itu harus dikerjakan dalam menunaikan ibadah haji.
Secara umum, tidak ada perbedaan antara rukun dan wajib, tetapi khusus dalam masalah haji dibedakan antara keduanya Rukun ialah yang harus dikerjakan atau tidak dapai diganti atau ditebus. Wajib ialah yang mesti dikerjakan tapi jika tertinggal harus diganti dengan membayar denda (dam). Yang menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa dalam ayat ini disebutkan “tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya” padahal itu adalah suatu rukun yang wajib, dan tidak mungkin seseorang yang menunaikan rukun atau wajib akan berdosa.
 Hal ini untuk menghilangkan keragu-raguan kaum Muslimin tentang mengerjakan sa’i, karena kaum musyrikin juga mengerjakan sa’i dalam ibadah mereka, seakan-akan apa yang dikerjakan kaum musyrikin itu tidak boleh dilakukan oleh kaum Muslimin dan mereka akan berdosa bila mengerjakannya. Jadi harus dipahami bahwa maksud mengerakan sa’i kaum musyrikin berbeda dari kaum Muslimin. Mengerjakan sa’i itu adalah bukti atau perwujudan dari keimanan kepada Allah serta kepatuhan pada perntah-Nya.
 Kemudian Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan yang sunah-sunah), Allah akan mensyukuri amal kebaikan itu dan Allah Maha Mengetahui semua amalan hamba-Nya. Maka Janganlah ragu-ragu berbuat kebaikan, karena semua amal itu akan dibalas dengan berlipat ganda oleh Allah.

 Kesimpulan
1.    Kaum muslimin di dalam menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi berbagai macam cobaan, ujian, kesulitan dan tantangan serta pengorbanan harta dan jiwa.
2.    Perjuangan itu hanyalah dapat dimenangkan dan segala kesukaran hanya dapat diatasi dengan kesabaran, ketabahan dan shalat.
3.    Orang yang gugur di dalam memperjuangkan kebenaran dan mem- pertahankan agama (fi sabilillah) sebenamya tidaklah mati, bahkan mereka itu hidup di alam yang tidak kita ketahui hakikatnya serta mendapat tempat yang amat mulia di sisi Allah dan cita-cita mereka pun akan tetap hidup mengobarkan dan meningkatkan perjuangan agama yang benar.
4.    Apabila seorang Muslim ditimpa suatu musibah, maka hendaklah ia mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
5.    Barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan yang sunah-sunah), Allah akan mensyukuri amal kebaikan itu.
             

Daftar Pustaka

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Dan Tafsirnya jilid 1. Jakarta: Lembaga    Percetakan Al-Qur’an Kementrian Agama, 2010

Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Misbah volume 1. Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2012

Hamka. Tafsir Al-Azhar jilid 1. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar