I
PENDAHULUAN
Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian
yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Agaknya tidak berlebihan jika dikemukakan bahwa diantara cabang
ilmu yang sangat penting dari rumpun-rumpun ilmu Alquran adalah ilmu Tafsir.
Hal ini bukan karena semata-mata lebih tua dariu cabang-cabang ilmu-ilmu
Alquran lainnya, akan tetapi lebih kepada peranannya yang sangat penting dalam
menggali dan memahami ayat-ayat Alquran. Dalam perjalanan waktu yang sangat
panjang, sejak turunnya Alquran kepada nabi Muhammad Saw., ilmu Tafsir terus
berkembang dan terdapat banyak kitab-kitab tafsir dengan corak yang beraneka
ragam. Para ulama tafsir belakangan memilah-milih kitab teresbut berdasarkan
metode penafsirannya, baik ijmali, tahlili, maudhu’i dan muqaran.
Yang paling populer dari antara corak atau metode penafsiran
tersebut adalah metode tahlili dan maudhu’i. Untuk kali ini, makalah ini akan
membahas beberapa kajian yang terkait dengan tafsir maudhui tersebut khususnya
dalam hal akidah.
II
PEMBAHASAN
A.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
153 Surat Al-Baqarah
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya
Allah adalah beserta orang-orang yang sabar.
Tema Akidah
• اسْتَعِيْنُوْا : Termasuk Al-Amru
At-Tholaby
• الصَّلاَة
: Termasuk Arkan Al-Iman
• الصَّابِرِيْن : Termasuk Al-Asma’ wa
Al-Ahkam
1. Ayat di atas
termasuk Al-Amru At-Tholaby menjelaskan untuk meminta pertolongan kepada
Allah dengan sabar dan shalat.
2. Ayat di atas
termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam menjelaskan Allah senantiasa bersama
orang-orang yang sabar.
Tafsir
Di dalam tafsir
Al-Misbah Kata (لصَّبْر ا) yang dimaksud
mencakup banyak hal; sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar
dalam berjuang mengakkan kebenaran dan keadilan.
Penutup ayat
yang menyatakan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar mengisyaratkan
bahwa jika seseorang ingin teratasi penyebab kesedihan atau kesulitannya, jika
ia ingin berhasil memperjuangkan kebenaran dan keadilan, ia harus menyertakan
Allah dalam setiap langkahnya. la harus bersama Allah dalam kesulitan dan dalam
perjuangannya. Ketika itu, Allah Yang Maha Mengetahui, Mahaperkasa, lagi
Mahakuasa pasti membantunva karena Dia pun telah bersama hamba-Nya. Tanpa
kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil
kesulitan diperbesar oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri.
B.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
154 Surat Al-Baqarah
وَلاَ تَقُوْلُوْا
لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبيْلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَ لَكِنْ لاَّ
تَشْعُرُوْن
Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh
di jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi kamu tidak
merasa.
Tema Akidah
• وَلاَ تَقُوْلُوْا : Termasuk Al-Amru At-Tholaby
• فِيْ سَبيْلِ
اللهِ : Termasuk Arkan
Al-Iman
1.
Ayat di atas termasuk Al-Amru
At-Tholaby menjelaskan untuk tidak mengira bahwa mereka yang gugur di medan
perang itu mati, tetapi mereka mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja
manusia tidak menyadarinya.
2.
Ayat di atas termasuk Arkanul Iman menjelaskan
mereka yang gugur di medan perang adalah syuhada di jalan Allah.
Tafsir
Jangan mengatakan mereka mati; tapi katakanlah
bahwa mereka syahid karena sebenarnya mereka hidup bahagia menyaksikan kamu
dari alam barzakh serta hidup menyaksikan ganjaran Allah yang akan mereka
dapatkan setelah kebangkitan mereka dari kubur.
Anda jangan
menduga bahwa hidup yang dimaksud itu adalah nama baik yang disandangnya
setelah kematian seperti pendapat sementara orang yang menduga diri mereka
rasional. Bukan itu, karena jika demikian sungguh tidak hidup pahlawan yang tak
dikenal. Tidak! Yang gugur di jalan Allah itu benar-benar hidup di alam lain
yang berbeda dengan alam kita yang masih sedang menarik dan mengembuskan napas.
Hidup ditandai antara lain oleh gerak dan tahu.
jangan duga gerak merela telah dicabut atau pengetahuan mereka telah tiada.
Mereka yang gugur di jalan Allah itu tetap bergerak, bahkan lebih leluasa
daripada gerak manusia di permukaan bumi ini. Mereka tahu lebih banyak dari apa
yang diketahui oleh yang beredar darahnya dan berdenyut jantungnya karena di
alam sana mereka telah melihat fenomena, bukan fenomena scperti yang diketahui
oleh penduduk dunia. Sungguh mereka hidup, kehidupan yang tidak dapat dijelaskan
hakikatnya karena kehidupan yang mereka alami tidak disadari atau dirasakan
oleh selain mereka. Tetapi, kamu yang berada di dunia tidak merasakan hidup
mereka.
C.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
155 Surat Al-Baqarah
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيْن
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar.
Tema Akidah
• وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن : Termasuk Al-Busyra (Jaza At-Tauhid wa At-ta’dzim)
1.
Ayat di atas termasuk Al-Busyra (Jaza
At-Tauhid wa At-ta’dzim) menjelaskan orang-orang yang akan mendapat kabar
gembira dari Allah ialah orang yang tabah dalam menghadapi cobaan dari Allah
berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan bahan makanan kemudian
bertambah kuat mental dan imannya.
Tafsir
Ujian
yang diberikan Allah sedikit kadarnya bila dibandingkan dengan potensi yang
telah dianugerahkan Allah kepada manusia. la hanya sedikit sehingga setiap yang
diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang
dianugerahkan Allah itu. Ini tidak ubahnya dengan ujian pada lembaga pendidikan.
Soal-soal ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan masing-masing. Semakin
tinggi jenjang pendidikan semakin berat soal ujian. Setiap yang diuji akan
lulus jika ia mempersiapkan diri dengan baik serta mengkuti tuntunan yang diajarkan.
Patut dicamkan bahwa ayat
sebelum ini mengajarkan shalat dan sabar. Jika demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan
sebelum datangnya ujian Allah ini. Demikian pula ketika uulan berlangsung. Itu
sebabnya Rasul saw sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad melalui sahabat
Nabi saw. Hudzaifah Ibn al-Yaman, bahwa “Apabila beliau dihadapkan pada satu
kesulitan/ujian, beliau melaksanakan shalat.” Karena itu pula ayat di atas
ditutup dengan perintah, “Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.”
Apakah bentuk ujian itu? Sedikit dari rasa takut, yakni keresahan
hati menyangkut sesuatu yang buruk atau yang hal-hal yang tidak menyenangkan
yang diduga akan teradi. Sedikit rasa
lapar, yakni keinginan meluap untuk makan karena perut kosong, tetapi tidak
menemukan makanan yang dibutuhkan, serta kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Informasi Allah tentang “soal ujian” ini adalah nikmat besar tersendiri karena dengan mengetahuinya, kita dapat
mempersiapkan dir menghadapi aneka ujian itu. Ujian diperlukan untuk kenaikan tingkat,
ujian itu sendiri baik, yang buruk adalah kegagalan menghadapinya.
D.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
156 Surat Al-Baqarah
الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيبَةٌۗ
قَالُوْا إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata, "Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uan"-*
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Tema Akidah
• إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ : Termasuk Arkan Al-Iman (Al-Ikrar bi lisan)
1.
Ayat di atas termasuk Arkan Al-Iman menjelaskan
ciri-ciri orang yang mendapatkan kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila
mereka ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi
raaji’un.
Tafsir
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. Agar
memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapatkan kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila
mereka ditimpa suatu musibah mereka mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi
raaji’un. (sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
E.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
157 Surat Al-Baqarah
أُولٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌۗ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat
dari tuhannya, dan mereka iulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tema Akidah
• الْمُهْتَدُوْنَ : Termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam
1.
Kalimat ini termasuk Al-Asma’ wa Al-Ahkam menjelaskan bahwa orang-orang
yang mendapatkan petunjuk ialah orang-orang yang sabar, juga mereka akan
mendapatkan berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah.
Tafsir
kabar gembira itu ialah
berita bahwa orang yang sabar itu mendapatkan berkat, ampunan, rahmat dan
pujian dari Allah, dan mereka orang yang mendapatkan petunjuk kepada jalan yang
benar.
F.
Tafsir Maudhui Akidah Ayat
158 Surat Al-Baqarah
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللّٰهِۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَاۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَإِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian
syiar (agama Allah). Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau
berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i -* antara
keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka
Allah Maha Mensyukuri,-* Maha Mengetahui.
Tema Akidah
• فَإِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْم : Termasuk Arkan Al-Iman
1. Kalimat ini
termasuk Arkan Al-Iman menjelaskan
Allah akan mensyukuri bagi barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah
lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan sunah-sunah).
Tafsir
Pada ayat ini kabar gembira itu ditegaskan kembali dengan
menjelaskan bahwa Safa dan Marwah adalah salah satu tempat ibadah dan barang
siapa ingin mengerjakan ibadah haji, haruslah ia melakukan sa’i antara Safa dan
Marwah. Dengan demikian nyatalah bahwa kaum Muslimin pasti akan berhasil menaklukkkan kota Mekah, karena Mekah adalah tempat melakukan
ibadah haji yang menjadi rukun kelima dalam islam yang harus dikerjakan oleh
setiap Muslim yang mampu menunaikannya. Karena itu, masjidilharam dan
sekelilingnya harus dibersihkan dari berhala dan kemusyrikan.
Meskipun ada perbedaan
pendapat antara imam-imam mazhab mengenai hukum sa i ini, ada yang
menganggapnya sebagai rukun haji seperti Imam Malik dan Imam syafi’i dan ada
pula yang menganggapnya sebaga wajib haji seperti Imam Abu Hanifah, namun jelas
bahwa sa’i itu harus dikerjakan dalam menunaikan ibadah haji.
Secara umum, tidak ada perbedaan antara rukun dan wajib, tetapi
khusus dalam masalah haji dibedakan antara keduanya Rukun ialah yang harus
dikerjakan atau tidak dapai diganti atau ditebus. Wajib ialah yang mesti
dikerjakan tapi jika tertinggal harus diganti dengan membayar denda (dam). Yang
menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa dalam ayat ini disebutkan “tidak
ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya” padahal itu adalah suatu
rukun yang wajib, dan tidak mungkin seseorang yang menunaikan rukun atau wajib
akan berdosa.
Hal ini untuk menghilangkan
keragu-raguan kaum Muslimin tentang mengerjakan sa’i, karena kaum musyrikin
juga mengerjakan sa’i dalam ibadah mereka, seakan-akan apa yang dikerjakan kaum
musyrikin itu tidak boleh dilakukan oleh kaum Muslimin dan mereka akan berdosa
bila mengerjakannya. Jadi harus dipahami bahwa maksud mengerakan sa’i kaum
musyrikin berbeda dari kaum Muslimin. Mengerjakan sa’i itu adalah bukti atau
perwujudan dari keimanan kepada Allah serta kepatuhan pada perntah-Nya.
Kemudian Allah menjelaskan
bahwa barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang
diwajibkan kepadanya (mengerjakan yang sunah-sunah), Allah akan mensyukuri amal
kebaikan itu dan Allah Maha Mengetahui semua amalan hamba-Nya. Maka Janganlah
ragu-ragu berbuat kebaikan, karena semua amal itu akan dibalas dengan berlipat
ganda oleh Allah.
Kesimpulan
1.
Kaum
muslimin di dalam menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi berbagai macam
cobaan, ujian, kesulitan dan tantangan serta pengorbanan harta dan jiwa.
2.
Perjuangan
itu hanyalah dapat dimenangkan dan segala kesukaran hanya dapat diatasi dengan
kesabaran, ketabahan dan shalat.
3.
Orang
yang gugur di dalam memperjuangkan kebenaran dan mem- pertahankan agama (fi
sabilillah) sebenamya tidaklah mati, bahkan mereka itu hidup di alam yang
tidak kita ketahui hakikatnya serta mendapat tempat yang amat mulia di sisi
Allah dan cita-cita mereka pun akan tetap hidup mengobarkan dan meningkatkan
perjuangan agama yang benar.
4.
Apabila
seorang Muslim ditimpa suatu musibah, maka hendaklah ia mengucapkan “Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
5.
Barang
siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang diwajibkan
kepadanya (mengerjakan yang sunah-sunah), Allah akan mensyukuri amal kebaikan
itu.
Daftar Pustaka
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Dan Tafsirnya
jilid 1. Jakarta: Lembaga Percetakan
Al-Qur’an Kementrian Agama, 2010
Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Misbah volume
1. Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2012
Hamka. Tafsir Al-Azhar jilid 1. Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar